Sabtu, 01 September 2018

Pengalamanku semalam di kantor Aparat Penegak Hukum


Pada tahun 1998-1999, penulis bekerja di sebuah perusahaan Ekspedisi atau yang lebih keren di kenal nama perusahaan Freight Forwading dan EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal laut), dikarenakan ada lowongan yang menarik dimana sebuah perusahaan pelayaran nasional di Jawa Timur membutuhan tenaga dimana penulis masuk dalam kualifikasi yang dibutuhkan. Penulis melamar lowongan perusahaan tersebut dan 2 Minggu kemudian penulis mendapat panggilan untuk test dan interview.

Di saat penulis bingung bagaimana mendatangi panggilan kerja tersebut, penulis ingat salah satu teman satu angkatan kuliah di Fakultas Hukum negeri di kota semarang tempat penulis menimba ilmu ada yang menjadi aparat penegak hukum di ibukota Jawa Timur, makanya penulis mencari info nomer yang bisa di hubungi dan ternyata teman welcome akan membantu selama penulis memenuhi panggilan kerja tersebut. Menurut info dari teman posisi perusahaan yang akan penulis datangi tepat di belakang kantor tempat dia bekerja, yaitu dekat Jembatan Merah, seingat penulis di situ ada hotel Ibis dan Mall Jembatan Merah.


Alkisah penulis memutuskan untuk naik travel saja daripada nyasar kemana-mana karena memang penulis masih awam daerah sana, sampai tujuan jam 06.00 pagi dan teman penulis sudah menunggu di kantor, memang menurut penuturannya sering tidur di Musholla kantornya.

Setelah itu penulis numpang mandi dan berangkat ke tempat test kerja, ternyata letak tempat test tepat dibelakang kantor teman penulis sehingga penulis cuma jalan kaki sudah sampai. Dalam sesi test IQ, penulis di nyatakan lolos dan dilanjutkan sesi interview ke esokan harinya, sebenarnya penulis pingin cepet selesai tapi apa daya prosedur test seperti itu, mau tidak mau penulis harus menginap di kota ini.

Teman penulis bener-bener teman yang baik hati meski waktu kuliah bukan termasuk teman yang akrab, tapi dia menganggap penulis seperti saudara yang sedang membutuhkan bantuan. Selesai mandi dan sholat Maghrib di musholla yang menjadi base camp, penulis sempat jalan-jalan di mall dan cari makan malam. Sambil makan kita ngobrol-ngobrol kalau temen dengan bangganya cerita habis menangkap anak pejabat nomer satu di Jawa timur karena mabuk, membawa narkoba dan nabrak gerobak bakso. Pejabat tersebut yang kita kenal juga seorang penyanyi yang lagunya hit pada waktu itu, judulnya Tidak semua laki-laki. keberanian dari temen menangkap anaknya karena waktu itu sedang gempar-gemparnya nuansa Reformasi, presidennya waktu itu kalau nggak salah Gus Dur dan wakilnya Ibu Megawati.

Selanjutnya ini yang menarik penulis ceritakan lebih lanjut, sekembali dari jalan-jalan, penulis melihat sisi lain dari suatu instansi penegak hukum, dimulai dari gerbang penulis masuk sudah ada sekitar 4 orang, kata teman penulis mereka itu satpam dan tukang parkir kantor, mereka di depan pos jaga membunyikan tape recorder kecil kalau nggak salah nyetel lagunya Evitamala sambil joget-joget, katanya mereka merayakan ulang tahun salah satu dari mereka, nggak ada yang aneh tapi ketika kita di tawari minuman, barulah ada yang aneh, mereka joged-joged sambil minum miras, teman cuma senyum-senyum dan penulis pikir, dia tidak akan mau tawarannya karena dia termasuk golongan putih....hehehehe

Belum hilang kagetnya penulis melihat pemandangan tersebut, penulis masuk ke dalam suatu ruangan, ya Allah ruangan itu mungkin tempat istirahat, penuh dengan kepulan asap rokok, di situ ada sekitar 5 orang pada copot seragam, pakai kaos dalam ternyata baru sedang main kartu pakai uang atau judi, ada satu bapak-bapak yang lumayan gemuk mengisap cerutu, menurut teman cerutu itu barang sitaan...! karena teman dan penulis tidak kuat bau asap cerutu keluar ruangan, di suatu ruangan terdengar suara mesin ketik, penulis lihat seseorang sedang mengetik dengan mesin ketik yang besar, kata teman penulis dia baru nglembur bikin BAP buat besok, waktu penulis bilang wah rajin ya teman kerjamu, penulis di suruh mengamati dia, sesekali dia seperti minum di gelas besar, sambil tertawa temen penulis cerita kalau yang di isap itu jenis narkoba yang sekarang baru ngetren di pakai para selebritis dan juga barang sitaan, katanya buat doping....waduh lagi-lagi penulis geleng-geleng kepala.

Berhubung masih di kota tempat satu-satunya sahabat cewek waktu kuliah, dan punya nomer telepon rumahnya, iseng-iseng penulis pingin menghubungi dia, sekadar pingin tahu kabarnya menurut temen ada ada telepon umum di depan, pada waktu itu  telepon umum yang canggih pakai kartu. Ketika penulis ke tempat telepon, di situ sudah ada yang lagi asyi telepon, karena lama temen menyusul penulis di telepon umum, dia langsung bilang ke teman yang telepon tersebut kalau mau pakai, lagi-lagi yang membuat penulis kaget ternyata dia bawa gagang telepon sendiri, entah bagaimana caranya dia bisa telepon tanpa menggunakan kartu untuk menelpon pacarnya yang kerja satu instansi tetapi di tempatkan di Menado tapi sialnya temen yang di hubungi penulis sedang keluar, tidak seperti sekarang kita kemana-mana bisa di hubungi karena bawa handphone......

Akhirnya penulis memutuskan untuk tidur saja di Musholla dan pagi jam 07.00 selesai mandi, kantor sudah ada aktifitas, para OB sudah bikin minuman di kasih di kantor-kantor, pokoknya sudah ramailah....ada pemandangan lagi yang tak dapat di lupakan, 2 remaja yang di titipkan di kantor katanya tadi malam tertangkap menggergaji rel kereta yang sudah tidak dipakai lagi untuk di jual, setelah di introgasi dari ujung kantor dalam posisi terborgol setiap lewat pintu kantor ada aja petugas yang mukul kepala atau menendang, persis film-film jaman kolonial kalau pejuang kita tertangkap Belanda. Sesampainya di sebuah krangkeng kira-kira ukuran 1,5 X 2 m yang awalnya penulis kira buat kandang burung ternyata buat ngurung mereka dan barang buktinya besi rel kira-kira panjang 50 cm. Ada petugas keluar kantor membawa gelas isinya masih setengahnya langsung di cipratkan ke mereka dengan kata-kata keras tanya dari mana, di jawab mereka dengan lemah dari Madura....nggak tega penulis melihatnya. Kemudian penulis cepat-cepat ke tempat interview.

Setelah interview penulis di nyatakan di terima kerja di perusahaan tersebut, tapi yang membuat penulis mundur karena gaji yang di terima hampir sama dengan tempat kerja di Semarang dan yang langsung penulis memutuskan untuk kembali ke tempat kerja sebelumnya adalah ada klausul bahwa selama masa percobaan 1 tahun, ijasah asli di kumpulkan dengan alasan perusahaan sudah mengeluarkan biaya buat membuat seragam, karena kita memang langsung ukur seragam dan selama masa training kita di tempatkan di beberapa pelabuhan di Indonesia, seperti bakahuni, pelabuhan Bali, Lombok dll dan di beri uang tunjangan, tapi banyak pegawai baru yang kerja baru beberapa bulan pada ngacir tanpa pamit.....wah kalau ini sudah nggak bener.

Penulis memutuskan pulang saja kembali kerja di tempat sebelumnya yang kemarin sudah ijin 2 hari beruntung atasan penulis tahu dan mau mengerti niat penulis jadi tidak masalah dan sekali lagi teman penulis memang bener-bener teman sejati, penulis di antar ke terminal bus, sekali lagi penulis dibuat senyum kecut, penulis di antar naik sepeda motor Yamaha Alfa, motor anak muda 2 tak sepintas nggak ada yang aneh tapi di sepion ada selembar kertas tulisannya barang sitaan, waktu penulis tanya apa nggak masalah nanti, jawab teman penulis enteng, kamu lihat mobil Merzy warna biru laut di depan tadi di spionnya khan juga ada tulisan barang sitaan, itu di pakai atasanku......hahahaha

Pengalaman ini di tulis dengan sebenar-benarnya tidak mungkin penulis mengarang alur cerita yang di buat-buat, penulis tidak mendiskreditkan atau menjelek-njelekan suatu instansi penegak hukum, tapi bercerita tentang apa yang sebenarnya terjadi, kenapa sudah 20-an tahunan tidak lupa, karena itu salah salah satu roda kehidupan yang pernah penulis alami dan dianggap pengalaman yang luar biasa dalam hidup penulis...............

+++++++++++++ ************* +++++++++++++++

Tidak ada komentar:

Posting Komentar