Rabu, 19 September 2018

Kenapa aku tidak ngefans dengan presiden yang sekarang?

Dalam falsafah hidup penulis tidak ada dalam kamus benci sama seseorang, paling mentok penulis menjauhi orang yang tidak penulis sukai. Saat ini perkembangan teknologi informasi begitu pesatnya, banyak media-media untuk berkeluh kesah, curhat, narsis, kritik dan sebagainya via on line dan bisa di baca semua orang, tidak seperti dulu orang hanya terbatas tempat penyampaiannya dan medianya yang digunakan. Penulis selalu menyampaikan pendapatnya dari sumber yang di dengar, dilihat dan di rasakan sendiri bukan karena dari sumber lain, makanya penulis menyampaikan dengan sebenar-benarnya bukan yang ngetren saat ini dikatakan HOAKS atau penyebar kebencian karena penulis tidak akan membenci seseorang atau mau di benci orang lain..

Ada temen yang menanyakan, kenapa penulis selalu menulis seperti tidak menyukai pemerintahaan yang sekarang atau lebih detail Presiden yang sekarang? Penulis pasti punya latar belakang kenapa penulis kurang sukan dengan presiden yang sekarang ini dan penulis akan menjawab sebab-sebabnya ada 2 hal:
Pertama adalah partai pengusungnya, hal ini di sebabkan faktor sejarah di waktu kecil penulis selalu mengikuti atau menonton kampaye, pada waktu itu masih ada 3 partai pengikut pemilu dimana memang pada waktu itu Alm. Ayahanda penulis bekerja di BUMN sehingga di arahkan memilih partai gambar Beringin. Di acara kampanye partai bergambar beringin dan Kabah, penulis melihat masih santun-santun meski pakai motor yang meraung-raung atau berdandan neko-neko sambil teriak-teriak, giliran kampanye partai bergambar Banteng, penulis waktu kecil dibikin takut bagaimana penampilan bak para preman, garang-garang dan brutal kadang menyerang orang-orang yang bersebrangan, hal ini termemori sampai sekarang, Penulis tidak menyukai Partai ini, padahal partai ini adalah partai pengusung presiden sekarang ini.
Kedua, penulis pernah di juluki anak ajaib sama Alm. Bapak penulis karena di saat umur penulis menginjak 5 tahunan, motor  alm. bapak, pada waktu itu Suzuki FR75 mesin masih 2tak susah di hidupkan, penulis menyarankan mengganti busi tapi Alm. bapak tidak mengindahkan alasannya di cek masih ada percikan apinya, penulis tetep memaksa suruh ganti businya, akhirnya alm. bapak penulis mengalah beli busi baru dan di hidupkan mesin motor bisa nyala. Tidak itu saja penulis sering sudah memeperlihatkan bakat di bidang mesin kendaraan dari SD, bisa naik motor kelas 4 SD perlu kita ketahui pada jaman itu yang punya kendaraan bisa di hitung dan pada kelas 6 SD sudah bisa men-stater mobil, memang secara sembunyi-sembunyi mobil dinas Toyota Hartop, penulis bisa lancar menyopir mobil kelas 1 SMA. Waktu SMA penulis mengutak-utik motor di bikin eksperimen bahkan pernah mempreteli motor sampai sekecil-kecilnya karena penasaran dan banyak yang tidak bisa kembalikan sendiri terus di bawa ke bengkel sampai kena marah Alm. bapak penulis...hahaha.

Memang penulis punya bakat di mesin dari kakek atau ayah Alm. ayahanda yang waktu itu kerja montir di pabrik yang di kuasai Belanda, juga dari silsilah Ibu, om penulis juga bakat di mesin kerja di mesin-mesin pabrik, Saking senengnya sama mesin kendaraan, penulis sampai pernah kursus montir di jalan Thamrin, Semarang, maka setelah lulus SMA penulis ingin melanjutkan kuliah di Fakultas Teknik Mesin dan ketika lulus penulis mendaftar di semua Fakultas mesin, mulai dari UNDIP, UGM, Politeknik Semarang dan ATMI Solo, baik S1 maupun D3 tapi tidak ada yang di terima, penulis pernah kuliah di Fakultas teknik mesin di Universitas Muhamadiyah Surakarta, tapi mengundurkan diri, kemudian penulis kuliah Teknik Perkapalan FNGT Undip Semarang, juga drop out karena memang penulis tidak bakat menggambar tehnik padahal di situ penjurusannya merancang bangun sebuah kapal, sehingga harus bisa merancang kapal dengan menggambarnya dulu seperti tehnik sipil yang merancang suatu bangunan dan tahun berikutnya malah kuliah di Fakultas Hukum Undip, semakin jauuuh dari harapan...hehehe.

Dari cerita penulis di atas tentang kesukaan penulis tentang mesin baik mesin motor maupun mobil dan bagaimana susahnya mau kuliah di Fakultas Tehnik Mesin kemudian ada orang yang mau bikin mobil sendiri, sebenarnya penulis senang ada lonjakan negara kita bisa mobil sendiri, tapi yang bikin kecewa kok melalui anak-anak ESEMKA, bukannya penulis merendahkan adik-adik ESEMKA, sampai dimana kemampuannya membikin mobil sendiri? yang mengherankan orang yang punya ide malah di elu-elukan setinggi langit, penulis cuma bilang dalam hati iki khayal dan muluk-muluk bahkan yang punya ide ini sampai bisa menjadi seorang presiden, makanya sampai sekarangpun penulis tidak demen meski di posting temen-temen memaparkan keberhasilan-keberhasilan di bawah kepemimpinannya.

Perlu digaris bawahi, penulis tidak punya maksud menjelek-jelekan beliau, karena beliau sampai menjadi seperti saat ini melalui perjuangan panjang dan berliku. Penulis menghargai apa-apa yang sudah beliau curahkan demi negara tercinta ini, meski kadang prilaku beliau neko-neko, ingat nasib negara tergantung pada dirinya, ya cuma itu meski temen-temen penulis banyak yang mengelu-ngelukan beliau, sampai memusuhi teman-teman yang mengkritik kebijakannya, yang bisa penulis katakan mereka itu kekanak-kanak-an padahal kita mengkritisi kebijaksanaan beliau bukan secara pribadi, mengenai harga-harga yang mahal, kenaikan BBM dan lain-lain, coba kita bandingkan dengan pemerintahan sebelumnya di bawah kepemimpinan pak Susilo Bambang Yudoyono alias pak SBY, ketika beliau menaikan harga BBM tidak seberapa tingginya, sudah di demo besar-besaran, pada bakar ban dan mengganggu kepentingan umum, tidak sampai di situ saja, para pengritik menyerang pribadi pak SBY bahkan menyamakan beliau dengan seekor kerbau....Astagfirullah hal azim......makanya dari itu penulis tidak mengelu-ngelukan dan memuji-muji setinggi langit  atau membenci yang menjadi presiden yang sekarang,  penulis biasa-biasa saja nggak berlebihan.


++++++++++++   *** +++++++++++

Tidak ada komentar:

Posting Komentar