Jumat, 21 September 2018

Pengalaman di malam Hari Kartini yang menjengkelkan....

Di suatu malam penulis mengantarkan ibunda tercinta check up di dokter pribadinya karena paginya mungkin kecapekan dan telinganya berdenging terus, setelah di check ternyata tensinya tinggi sekali dan di beri obat dosis agak tinggi, sepanjang perjalanan pulang, ibunda masih biasa-biasa saja sampai mau mendekati rumah, beliau merasakan pusing dan kepalanya serasa berputar dan mutah-mutah terus menerus.

Sesampainya di rumah, penulis memanggil tetangga dan tetangga langsung tahu kalau ibunda penulis terkena Vertigo berdasarkan pengalaman tetangga yang punya pengalaman seperti ibunda penulis, penulis kalang kabut karena seumur-umuran penulis baru sekali ini melihat ibunda penulis mengalami hal seperti ini, makanya tetangga menyarankan di bawa ke UGD supaya ada penanganan lebih lanjut, dengan di antar tetangga penulis membawa ibunda ke UGD dan tetangga menyarankan di bawa di RS terdekat yaitu di RS di jalan Citarum, Semarang.

Sesampainya di RS, ibunda langsung di tangani di UGD rumah sakit tersebut, ibunda penulis di suntik dan di suruh rebahan di bangsal rumah sakit, ibunda penulis masih merasakan pusing katanya kepalanya muter pusing sekali dan masih muntah-muntah terus. Dokter jaga pada waktu itu dokter pria masih muda, mengatakan ibu penulis di suntik obat Vertigo, karena kondisi muntah-muntah sehingga efektif dan di suruh istirahat di Bangsal UGD. Selama ibunda penulis tiduran di ruang UGD penulis keluar masuk ruangan mengecek kondisi ibunda. sudah sekitar  Jam penulis menunggui ibunda, ngantuk-ngantuk di ruang UGD, penulis lebih senang berada di luar ruangan meski resiko di kepung nyamuk karena ruang UGD yang dingin dan tidak tega melihat yang masuk ke UGD, mulai dari orang tua, ibu-ibu yang mau melahirkan, korban kecelakaan yang berdarah-darah dan yang membikin penulis miris hatinya kalau melihat atau mendengar anak sakit menangis terus karena merasakan ketika anak penulis baru sakit nangis terus rasanya kalang kabut dan kebingungan.

Tepat tengah malam dokter jaga mengecek ibunda, tensi sudah mendekati normal, tapi ibu katanya masih pusing sekali, maklum seumur hidup baru pertama kali ini mengalami sakit seperti ini, dokter menjelaskan kalau Vertigo tidak perlu rawat inap, nanti akan sembuh seperti pusing biasa selama penyebab Vertigo tertangani dan dokter mempersilahkan istirahat lagi sampai kuat untuk pulang, karena penulis lihat ruangan UGD relatif sepi, cuma ada satu anak kira-kira berumur 1,5 tahun-an menangis terus, kurang tahu sakitnya apa, karena ruang rawat inap rumah sakit penuh, karena kita tahu pada waktu itu masih baru penerapan fasilitas BPJS, penulis lihat wajah dokter seperti kasihan sekali dan menyuruh suster menelepon rumah sakit lain mencari yang masih bisa melayani rawat inap, akhirnya ketemu di daerah RSUD ketileng, maka meluncurlah kesana naik taksi. Tepat pukul 2 pagi, penulis menanyakan ibunda bagaimana kondisinya, meskipun masih pusing kelihatan sudah agak membaik akhirnya penulis penulis ajak ibunda pulang, meski dengan  tertatih-tatih penulis papah ke parkiran mobil, tak lupa penulis ucapkan berkali-kali terima kasih pada dokter jaga waktu itu, dokter yang sangat baik sekali.

Ibunda penulis adalah type generasi orang jaman dahulu, jaman orang itu tangguh dan perkasa, orang bukannya tunduk pada penyakit tetapi penyakit itu dilawan, sudah beberapa dokter, tetangga, temen sampai anak-anaknya untuk menjaga kondisi, tetep saja kalau tidak di awasi atau kadang tanpa sepengetahuan melanggar sesuatu yang dilarang misalnya jangan kecapekan, tahu-tahu sudah di belakang rumah nyapu kebon, akhirnya ibunda terkena kembali Vertigo, kembali penulis bawa ibunda bawa ke UGD rumah sakit yang sama, penulis ingat sekali pada waktu itu menyambut hari Kartini mungkin malam 21 April karena penulis lihat baik dokter maupun perawat seperti mengenakan pakaian tradisional. Seperti prosedur yang dulu ibunda di suntik oleh dokter jaga, seorang wanita dan cantik. Seperti yang dulu Ibunda istirahat di bangsal UGD, sesekali perawat cek tensi yang pada waktu itu sudah di pasang monitor bahkan penulis bisa melihat sendiri tensinya. Penulis ingat sekali waktu itu pukul 12.30 malam, waktu itu penulis habis minum teh anget di warung seberang RS mengecek ibunda di datangi dokter jaga, dengan wajah tidak ramah sedikit memarahi penulis kenapa tadi di cari-cari tidak ada, di jelaskan penulis baru minum teh di seberang sambil nonton bola Liga Spanyol, Dokter tersebut mengatakan tensi sudah normal, ketentuan UGD adalah 2 jam harus keluar, ketika penulis tanya ke ibunda katanya kepalanya masih pusing sekali, buat bangun tidak bisa bahkan mau muntah kalau bangun, penulis minta tempo supaya ibu agak baikan sebentar, dokter tersebut ngloyor pergi begitu saja. Penulis beranggapan ibunda masih belum bisa bangun dan kebetulan ruang UGD malah kayak kamar mayat, sepi cuma ada satu pasien yang mungkin seumuran ibunda penulis.

Penulis tinggal keluar karena memang penulis wong ndeso nggak tahan dengan dinginnya AC, sekitar 15 menit penulis di panggil oleh suster, katanya seperti kata dokter tadi sesuai aturan ibunda harus keluar dari ruang UGD, penulis membangunkan ibunda untuk mengajak pulang, ibunda katanya jangankan berjalan, bangun aja seperti bumi ini berputar kencang, akhirnya penulis menghadap dokter dan perawatnya, minta sarannya dengan sama-sama wajah nggak ramah intinya ibunda disuruh keluar ruang UGD karena sudah diberi obat tinggal penyembuhan, katanya kalau masih pingin di RS ya harus rawat inap, oke penulis bilang minta ibunda di rawat inap, meskipun cantik tapi kelihatan sinis bilang nggak ada ruang yang kosong, kalau mau rawat inap di suruh cari  sendiri ke rumah sakit-rumah sakit yang masih tersedia, penulis jadi teringat tadi ada pasien yang di UGD kebingungan tidak dapat kamar seperti di usir dari UGD, sampai ketika keluarganya masih mencari-cari ruang rawat, yang sakit di taruh di kursi ruang tunggu dan akhirnya akhirnya memutuskan di bawa pulang saja naik taksi........aduuuh.

Penulis jadi ingat cerita temen mungkin itu karena pakai fasilitas BPJS jadi dibikin seperti itu maka penulis mengikuti saran teman untuk naik kelas jadi penulis tombok, tapi tetap tidak mempan katanya semuanya penuh, akhirnya penulis nantang kalau gitu nggak usah pakai fasilitas BPJS, saya bayar berapapun dengan nada agak tersulut emosi, dokternya malah pura-pura pergi ngecek pasien dan susternya menuju bangsal ibunda membuka gordennya seakan-akan mengusir ibunda untuk keluar ruangan.  Karena jengkel penulis akhirnya memutuskan memaksa ibunda pulang seperti pasien tadi, meskipun ibunda masih kesakitan masih sangat pusing belum bisa bangun, setelah penulis jelaskan duduk persoalannya akhirnya ibunda mengerti, dengan susah payah penulis mengangkat ibunda sendiri tanpa ada yang bantu, susternya pura nulis-nulis, beruntung masih ada bapak Satpam jaga membantu mengangkat ibunda dari bangsal dengan mata masih terpejam karena kalau dibuka matanya pandangan berputar-putar dan dengan kursi roda membawa ibunda ke luar ruangan, rasa emosi ini luluh melihat bapak Satpam dengan tulus, sopan dan hati-hati membantu mengangkat ibunda masuk ke mobil.

Di perjalanan pulang meski katanya masih pusing sekali, ibunda tanya-tanya mengenai dokter dan perawatnya, penulis menceritakan semuanya, sambil ngedumel ibunda bilang dokter cantik dan perawatnya juga wanita, di hari kartini pula kok tidak punya belas kasihan dan hati nuraini sama seorang wanita yang sudah tua, kalau memang itu peraturan bagaimana bila terjadi pada ibunya? wong dokter yang pria dulu mendispensasi bahkan sampai 2 jam-an untuk memberi kesempatan supaya kondisinya sedikit membaik untuk pulang, mungkin kecuali kondisi ruang UGD overload pasien, kalau itu sih penulis memaklumi, akhirnya penulis pun berpesan agar ini yang terakhir kali untuk piknik ke sana.....meski sesudah peristiwa itu ibunda masih beberapa kali terserang Vertigo karena ibunda tidak kapok-kapoknya nantang penyakitnya, penulis malah jadi paham perihal penyakit ibunda malah seperti jadi dokter pribadinya karena bisa menanganinya sendiri tanpa harus ke RS ketemu dokter dan perawat sialan itu dan Alhamdulillah ibunda sudah sangat jarang sekali terkena Vertigo lagi...............

++++++++++  ***  +++++++++

Tidak ada komentar:

Posting Komentar