Selasa, 10 September 2019

Bukan Membela tapi bicara ilmiah (Habib Rizieq)

Sifat orang yang paling tidak disuka penulis adalah orang yang sombong bin arogan, akan tetapi selama tidak menyinggung penulis emang gue pikirin, tapi anehnya dengan sifat arogan seseorang belum tentu seseorang itu selalu merugikan orang lain,  malah banyak yang menyukai tapi bukan sifat arogannya tapi buah pikiran, karyanya, kerjanya dan lain sebagainya.

Kita ambil contoh Ahmad Dhani, kalau dengerin yang bersangkutan bicara telinga ini sering panas dengar ocehannya akan tetapi hasil karyanya, yaitu musik yang dia ciptakan dengan groupnya banyak yang menyukai termasuk penulis sendiri.

Dulu sifat arogan cuma mengenai dirinya sendiri, saat ini jaman yang kejam. Hal ini berkenaan kemajuan Teknologi Informasi atau saling komunikasi antar individu sangat dimudahkan apalagi dengan adanya media sosial-media sosial misalnya BBM, Facebook, WA dan lain sebagainya. Semua saat ini bisa digunakan sebagai senjata politis untuk menyerang satu dengan lainnya bila lawan politik membuat blunder atau kesalahan-kesalahan.

Sebelum penulis bicara lebih jauh, penulis menceritakan riwayat hidup penulis yaitu di bidang pendidikan. Penulis dulu bercita-cita menjadi ahli mesin atau elektronika karena hobby utak-utik yang berhubungan dengan mekanis, akan tetapi karena sifat idealis penulis yang kepingin kuliah di Universitas negeri yang jaman itu suatu prestise bila kuliah di universitas negeri, penulis malah masuk ke Fakultas Hukum di universitas negeri di Semarang, meski tidak sesuai hati nurani tetap penulis jalani sampai selesai alias Wisuda. Bisa di tebak penulis akhirnya kesulitan di dunia kerja....hehehe, sering keluar masuk perusahaan karena merasa tidak cocok dengan bidang yang penulis inginkan..

Untuk menutup rasa pingin di dunia teknis, maka penulis mengambil kuliah S2 Informasi Teknologi tahun 2002, mungkin baru angkatan ke2 kalau nggak salah di Universitas Swasta ternama di kota Semarang karena komputer juga salah satu bidang yang penulis sukai, mulai dari komputer 286, 386, 486, Pentium1 seterusnya.

Di tugas akhir penulis membuat aplikasi web yang bisa dibuka di HP, pada waktu itu belum ada sistem Android, hp saja masih pakai hp Siemen S45, Monochrome alias layar masih hitam putih, Wap 1.2 dan type pertama Hp Siemen pada waktu itu yang sudah ada perangkat internet GPRS. Wifi belum ada dan jaringan internet  satu-satunya yang menyediakan paling murah adalah Indosat IM3 ada juga IM2 tapi setingnya susah banget.

Jaringan wifi adalah sesuatu yang sangat mahal pada waktu itu kita umumnya masih pakai HUB dan pada waktu itu jaringan wifi masih digunakan untuk praktek, itupun masih jaringan intranet belum seperti sekarang HP aja bisa digunakan sebagai Hot spot dan dipakai buat internet sama-sama dengan sangat mudah sekali.

Kita bisa nyambung ke internet sudah sangat senang sekali meski terhitung mahal...hahaha, Internet yang bisa dibuka juga masih sedikit karena masih pakai Wireless application Protocol (WAP) yaitu aplikasi internet pada Hp pada waktu itu masih menggunakan jaringan 2G, bayangkan sekarang sudah mau masuk generasi 5G. Di jaringan 2G ya pada waktu itu cuma bisa buka beberapa surat kabar, penulis tidak buka lain-lainnya disamping lemot ya mahal....hahaha. Penulis membuat Thesis aplikasi buat kerja menggunakan Hp, arah tujuannya mempermudah pekerjaan misalnya kita bisa ngecek laporan pekerjaan menggunakan perangkat HP.

Berkenaan dengan perjalanan waktu, Hp menjadi pegangan semua kalangan, kita lihat anak kecil baru bisa jalan saja sudah pegang Hp buka Youtube sampai manula tidak ketinggalan juga mainan Hp, pendek kata Hp sekarang sudah umum bukan barang mahal dan bukan cuma sebagi alat komunikasi saja, bahkan dari bangun tidur sampai mau tidur kita pegang Hp dan kalau Hp kita ketinggalan kita seperti tidak bisa apa-apa.

Itulah sekelumit riwayat penulis tetntang per Hp-an, maka ketika penulis membaca atau melihat berita seorang tokoh masyarakat di tuduh chat mesum dengan seseorang wanita, penulis penasaran juga dan tidak mem vonnis kebanyakan orang bahwa yang bersangkutan adalah tokoh mesum, tapi penulis buktikan dengan secara ilmiah yang sebelumnya penulis pelajari.

Setelah penulis pelajari dari konten mesumnya, walaaaah.... penulis yang menyukai konten mesum maklum laki-laki normal, kok kalah mesum dengan orang yang kita anggap religius dan kata-katanya kok kayak cerita-cerita di blog mesum? Konten mesum dari terdakwa,nyebar ke Youtube kok bisa? setahu penulis konten WA bisa di ambil jika:
1. Hp diambil chipnya diberi firmware sehingga bisa si mata-matai.
2. Hp di ambil, chips nya di gandakan
dua di atas hampir nggak mungkin karena Hp pasti dipegang terus
3. membuat chat WA dengan software, ini penulis coba dan ajarkan ke keponakan buat lucu-lucuan langsung bisa
4. Ke provider penyedia layanan Hp terdakwa, kalau ini wewenang Polisi kerjasama dengan penyedia akses.

Pertanyaanya kok bisa nyebar ke Youtube? kalau bener isinya dibuat oleh terdakwa makanya yang nyebarkan harus di usut wong itu wewenang polisi, kalau polisi yang nyebarkan, ya monggo di usut polisinya.

Dari sini sudah kalau bisa nalar nggak usah di jelaskan lagi dan tambah gamblang lagi, beberapa hari yang lalu ada temen yang info kalau ada WA dari dia minta sesuatu atau mengabarkan yang macam-macam jangan di tanggapi, WA nya di hack dan baru di urus di kantor provider kartu Hpnya atau pada kerusuhan pengumuman hasil Pilpres 2019 Hp serentak tidak bisa digunakan karena akses internet di blokir.

Jadi kesimpulannya penulis tidak memihak atau mendukung sana-sini, penulis berbicara secara keilmuan yang penulis pelajari, mau bicara hukum wong penulis juga lulusan Sarjana Humor....hahaha, mau bicara teknologi penulis ya menyukai dunia teknologi. Dan penulis akan meramalkan suatu saat akan terkuak mana yang benar dan mana dalangnya, ITU PASTI....

+++++++++++++++++ ********** +++++++++++++++++++++

Sabtu, 22 September 2018

Masa kecilku lebih bahagia daripada anak-anak sekarang.....

Boleh dikatakan masa kecil penulis adalah masa yang paling membahagiakan dalam hidup ini dan tak akan terulang kembali, bahkan sering penulis mempunyai khayalan bisa kembali ke masa kecil dulu, dimana hari-hari dilalui dengan penuh ceria, penuh tawa dan canda sedangkan semua urusan sudah di tangani oleh orang tua kita, tugas kita cuma main, belajar dan sekolah.

Dan dalam permainan ketika masih kecil penulis adalah kebanyakan bersifat kolosal atau masal, misalnya main bola, layang-layang, mancing, petak umpet dan sebagainya semua dilakukan bersama-sama dengan teman atau tetangga coba bandingkan dengan anak-anak sekarang kebanyakan di rumah, main sendiri-sendiri mereka main game komputer atau di hp, kalaupun mau ngobrol temen-temennya pakai sarana di medsos misalnya WA, Line dan lain-lain atau FB. Sekarang kalau hari libur tidak ada anak berseliweran main, bandingkan jaman penulis kecil, setiap hari libur baik pagi, siang malam suara teriakan anak-anak main mengisi setiap perkampungan, mereka bermain petak umpet, kejar-kejaran, lompat tali dan sebagainya.

Di dunia pendidikan, penulis melihat anak-anak sekarang seperti di perbudak oleh yang namanya sistem pendidikan. Dulu jaman penulis kecil belum ada PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini, penulis langsung masuk TK, hari-hari sekolah cuma bermain, bernyanyi dan bergembira, lama pelajaran sekolah paling cuma 2 jam, karena TK artinya Taman Kanak-kanak jadi ibaratnya masih kumpulan anak-anak untuk di persiapkan ke jenjang sekolah dasar. Penulis memperhatikan anak penulis sendiri yang masih sekolah di TK, mereka sudah dipaksa untuk bisa membaca dan menulis. Lebih gila lagi keponakan penulis yang baru masuk kelas 1 SD, di sekolah swasta favorit sudah ada pelajaran bahasa Inggris dan materinya penulis lihat seperti jaman penulis masuk SMP dapat pelajaran bahasa Inggris pertama kali, jam sekolahpun sampai sore hari, mungkin sampai rumah tinggal cepeknya saja, belajar juga sudah ngantuk apalagi mau main sama temen-temennya. Seperti cerita teman penulis yang anaknya setiap hari cuma kegiatan sekolah saja, mulai bikin tugas atau mengerjakan PR dan lain sebagainya, memang sekarang di terapkan 5 hari sekolah, hari Sabtu dan Minggu libur, tapi pada hari libur anak-anak malah cuma di rumah dikamar seharian tidur kecapekan selama 5 hari tenaga dan pikirannya di peras.

Penulis kadang kurang mengerti dengan pola jam sekolah sekarang, dulu sekolah waktu sekolah dengan hari libur itu seimbang, waktu penulis masih sekolah, jika libur panjang Seminggu pertama masih menikmati kebebasan tidak bersekolah  tapi Seminggu berikutnya mulai jenuh, bandingkan dengan sekarang jam sekolah memang di perbanyak tapi liburnya juga banyak, penulis sampai bingung memberi kegiatan anak supaya tidak luntang-lantung selama masa libur, bagi yang punya uang lebih mungkin piknik kemana-mana atau di ikutkan kegiatan-kegiatan, tapi yang punya uang pas-pas-an atau ortu pada sibuk sendiri-sendiri, anak malah keleleran kamana-mana nggak jelas kegiatannya, karena anak-anak sekarang tidak seperti anak-anak yang dulu bila libur pada kumpul main bareng.

Dampak jangka panjang penulis bisa meramalkan anak-anak malah jenuh dan bosan sekolah karena terlalu dipaksakan yang sebenarnya dia belum mampu dan jam untuk main selama masih masanya bermain untuk mencari hal-hal yang baru berkurang sehingga generasi sekarang dengan sistem yang diterapkan saat ini akan mencetak generasi instan dan generasi yang tidak peka dengan kondisi sosial atau kondisi sekelilingnya dengan kata lain menjadi generasi egois. Makanya penulis menyekolahkan anak nggak perlu sekolah yang favorit yang katanya  mencetak anak-anak pinter-pinter, disamping biayanya pasti mahal, penulis ingin anak tetep punya waktu untuk bermain sambil belajar, seperti masa kecil penulis dulu sehingga penulis ingin supaya anak juga merasakan kebahagiaan seperti masa kecil penulis dulu karena masa kecil adalah masa yang paling bahagia, tak akan terlupakan dan bakalan tak akan terulang kembali......


++++++++++  *** +++++++++

Jumat, 21 September 2018

Pengalaman di malam Hari Kartini yang menjengkelkan....

Di suatu malam penulis mengantarkan ibunda tercinta check up di dokter pribadinya karena paginya mungkin kecapekan dan telinganya berdenging terus, setelah di check ternyata tensinya tinggi sekali dan di beri obat dosis agak tinggi, sepanjang perjalanan pulang, ibunda masih biasa-biasa saja sampai mau mendekati rumah, beliau merasakan pusing dan kepalanya serasa berputar dan mutah-mutah terus menerus.

Sesampainya di rumah, penulis memanggil tetangga dan tetangga langsung tahu kalau ibunda penulis terkena Vertigo berdasarkan pengalaman tetangga yang punya pengalaman seperti ibunda penulis, penulis kalang kabut karena seumur-umuran penulis baru sekali ini melihat ibunda penulis mengalami hal seperti ini, makanya tetangga menyarankan di bawa ke UGD supaya ada penanganan lebih lanjut, dengan di antar tetangga penulis membawa ibunda ke UGD dan tetangga menyarankan di bawa di RS terdekat yaitu di RS di jalan Citarum, Semarang.

Sesampainya di RS, ibunda langsung di tangani di UGD rumah sakit tersebut, ibunda penulis di suntik dan di suruh rebahan di bangsal rumah sakit, ibunda penulis masih merasakan pusing katanya kepalanya muter pusing sekali dan masih muntah-muntah terus. Dokter jaga pada waktu itu dokter pria masih muda, mengatakan ibu penulis di suntik obat Vertigo, karena kondisi muntah-muntah sehingga efektif dan di suruh istirahat di Bangsal UGD. Selama ibunda penulis tiduran di ruang UGD penulis keluar masuk ruangan mengecek kondisi ibunda. sudah sekitar  Jam penulis menunggui ibunda, ngantuk-ngantuk di ruang UGD, penulis lebih senang berada di luar ruangan meski resiko di kepung nyamuk karena ruang UGD yang dingin dan tidak tega melihat yang masuk ke UGD, mulai dari orang tua, ibu-ibu yang mau melahirkan, korban kecelakaan yang berdarah-darah dan yang membikin penulis miris hatinya kalau melihat atau mendengar anak sakit menangis terus karena merasakan ketika anak penulis baru sakit nangis terus rasanya kalang kabut dan kebingungan.

Tepat tengah malam dokter jaga mengecek ibunda, tensi sudah mendekati normal, tapi ibu katanya masih pusing sekali, maklum seumur hidup baru pertama kali ini mengalami sakit seperti ini, dokter menjelaskan kalau Vertigo tidak perlu rawat inap, nanti akan sembuh seperti pusing biasa selama penyebab Vertigo tertangani dan dokter mempersilahkan istirahat lagi sampai kuat untuk pulang, karena penulis lihat ruangan UGD relatif sepi, cuma ada satu anak kira-kira berumur 1,5 tahun-an menangis terus, kurang tahu sakitnya apa, karena ruang rawat inap rumah sakit penuh, karena kita tahu pada waktu itu masih baru penerapan fasilitas BPJS, penulis lihat wajah dokter seperti kasihan sekali dan menyuruh suster menelepon rumah sakit lain mencari yang masih bisa melayani rawat inap, akhirnya ketemu di daerah RSUD ketileng, maka meluncurlah kesana naik taksi. Tepat pukul 2 pagi, penulis menanyakan ibunda bagaimana kondisinya, meskipun masih pusing kelihatan sudah agak membaik akhirnya penulis penulis ajak ibunda pulang, meski dengan  tertatih-tatih penulis papah ke parkiran mobil, tak lupa penulis ucapkan berkali-kali terima kasih pada dokter jaga waktu itu, dokter yang sangat baik sekali.

Ibunda penulis adalah type generasi orang jaman dahulu, jaman orang itu tangguh dan perkasa, orang bukannya tunduk pada penyakit tetapi penyakit itu dilawan, sudah beberapa dokter, tetangga, temen sampai anak-anaknya untuk menjaga kondisi, tetep saja kalau tidak di awasi atau kadang tanpa sepengetahuan melanggar sesuatu yang dilarang misalnya jangan kecapekan, tahu-tahu sudah di belakang rumah nyapu kebon, akhirnya ibunda terkena kembali Vertigo, kembali penulis bawa ibunda bawa ke UGD rumah sakit yang sama, penulis ingat sekali pada waktu itu menyambut hari Kartini mungkin malam 21 April karena penulis lihat baik dokter maupun perawat seperti mengenakan pakaian tradisional. Seperti prosedur yang dulu ibunda di suntik oleh dokter jaga, seorang wanita dan cantik. Seperti yang dulu Ibunda istirahat di bangsal UGD, sesekali perawat cek tensi yang pada waktu itu sudah di pasang monitor bahkan penulis bisa melihat sendiri tensinya. Penulis ingat sekali waktu itu pukul 12.30 malam, waktu itu penulis habis minum teh anget di warung seberang RS mengecek ibunda di datangi dokter jaga, dengan wajah tidak ramah sedikit memarahi penulis kenapa tadi di cari-cari tidak ada, di jelaskan penulis baru minum teh di seberang sambil nonton bola Liga Spanyol, Dokter tersebut mengatakan tensi sudah normal, ketentuan UGD adalah 2 jam harus keluar, ketika penulis tanya ke ibunda katanya kepalanya masih pusing sekali, buat bangun tidak bisa bahkan mau muntah kalau bangun, penulis minta tempo supaya ibu agak baikan sebentar, dokter tersebut ngloyor pergi begitu saja. Penulis beranggapan ibunda masih belum bisa bangun dan kebetulan ruang UGD malah kayak kamar mayat, sepi cuma ada satu pasien yang mungkin seumuran ibunda penulis.

Penulis tinggal keluar karena memang penulis wong ndeso nggak tahan dengan dinginnya AC, sekitar 15 menit penulis di panggil oleh suster, katanya seperti kata dokter tadi sesuai aturan ibunda harus keluar dari ruang UGD, penulis membangunkan ibunda untuk mengajak pulang, ibunda katanya jangankan berjalan, bangun aja seperti bumi ini berputar kencang, akhirnya penulis menghadap dokter dan perawatnya, minta sarannya dengan sama-sama wajah nggak ramah intinya ibunda disuruh keluar ruang UGD karena sudah diberi obat tinggal penyembuhan, katanya kalau masih pingin di RS ya harus rawat inap, oke penulis bilang minta ibunda di rawat inap, meskipun cantik tapi kelihatan sinis bilang nggak ada ruang yang kosong, kalau mau rawat inap di suruh cari  sendiri ke rumah sakit-rumah sakit yang masih tersedia, penulis jadi teringat tadi ada pasien yang di UGD kebingungan tidak dapat kamar seperti di usir dari UGD, sampai ketika keluarganya masih mencari-cari ruang rawat, yang sakit di taruh di kursi ruang tunggu dan akhirnya akhirnya memutuskan di bawa pulang saja naik taksi........aduuuh.

Penulis jadi ingat cerita temen mungkin itu karena pakai fasilitas BPJS jadi dibikin seperti itu maka penulis mengikuti saran teman untuk naik kelas jadi penulis tombok, tapi tetap tidak mempan katanya semuanya penuh, akhirnya penulis nantang kalau gitu nggak usah pakai fasilitas BPJS, saya bayar berapapun dengan nada agak tersulut emosi, dokternya malah pura-pura pergi ngecek pasien dan susternya menuju bangsal ibunda membuka gordennya seakan-akan mengusir ibunda untuk keluar ruangan.  Karena jengkel penulis akhirnya memutuskan memaksa ibunda pulang seperti pasien tadi, meskipun ibunda masih kesakitan masih sangat pusing belum bisa bangun, setelah penulis jelaskan duduk persoalannya akhirnya ibunda mengerti, dengan susah payah penulis mengangkat ibunda sendiri tanpa ada yang bantu, susternya pura nulis-nulis, beruntung masih ada bapak Satpam jaga membantu mengangkat ibunda dari bangsal dengan mata masih terpejam karena kalau dibuka matanya pandangan berputar-putar dan dengan kursi roda membawa ibunda ke luar ruangan, rasa emosi ini luluh melihat bapak Satpam dengan tulus, sopan dan hati-hati membantu mengangkat ibunda masuk ke mobil.

Di perjalanan pulang meski katanya masih pusing sekali, ibunda tanya-tanya mengenai dokter dan perawatnya, penulis menceritakan semuanya, sambil ngedumel ibunda bilang dokter cantik dan perawatnya juga wanita, di hari kartini pula kok tidak punya belas kasihan dan hati nuraini sama seorang wanita yang sudah tua, kalau memang itu peraturan bagaimana bila terjadi pada ibunya? wong dokter yang pria dulu mendispensasi bahkan sampai 2 jam-an untuk memberi kesempatan supaya kondisinya sedikit membaik untuk pulang, mungkin kecuali kondisi ruang UGD overload pasien, kalau itu sih penulis memaklumi, akhirnya penulis pun berpesan agar ini yang terakhir kali untuk piknik ke sana.....meski sesudah peristiwa itu ibunda masih beberapa kali terserang Vertigo karena ibunda tidak kapok-kapoknya nantang penyakitnya, penulis malah jadi paham perihal penyakit ibunda malah seperti jadi dokter pribadinya karena bisa menanganinya sendiri tanpa harus ke RS ketemu dokter dan perawat sialan itu dan Alhamdulillah ibunda sudah sangat jarang sekali terkena Vertigo lagi...............

++++++++++  ***  +++++++++

Rabu, 19 September 2018

Kenapa aku tidak ngefans dengan presiden yang sekarang?

Dalam falsafah hidup penulis tidak ada dalam kamus benci sama seseorang, paling mentok penulis menjauhi orang yang tidak penulis sukai. Saat ini perkembangan teknologi informasi begitu pesatnya, banyak media-media untuk berkeluh kesah, curhat, narsis, kritik dan sebagainya via on line dan bisa di baca semua orang, tidak seperti dulu orang hanya terbatas tempat penyampaiannya dan medianya yang digunakan. Penulis selalu menyampaikan pendapatnya dari sumber yang di dengar, dilihat dan di rasakan sendiri bukan karena dari sumber lain, makanya penulis menyampaikan dengan sebenar-benarnya bukan yang ngetren saat ini dikatakan HOAKS atau penyebar kebencian karena penulis tidak akan membenci seseorang atau mau di benci orang lain..

Ada temen yang menanyakan, kenapa penulis selalu menulis seperti tidak menyukai pemerintahaan yang sekarang atau lebih detail Presiden yang sekarang? Penulis pasti punya latar belakang kenapa penulis kurang sukan dengan presiden yang sekarang ini dan penulis akan menjawab sebab-sebabnya ada 2 hal:
Pertama adalah partai pengusungnya, hal ini di sebabkan faktor sejarah di waktu kecil penulis selalu mengikuti atau menonton kampaye, pada waktu itu masih ada 3 partai pengikut pemilu dimana memang pada waktu itu Alm. Ayahanda penulis bekerja di BUMN sehingga di arahkan memilih partai gambar Beringin. Di acara kampanye partai bergambar beringin dan Kabah, penulis melihat masih santun-santun meski pakai motor yang meraung-raung atau berdandan neko-neko sambil teriak-teriak, giliran kampanye partai bergambar Banteng, penulis waktu kecil dibikin takut bagaimana penampilan bak para preman, garang-garang dan brutal kadang menyerang orang-orang yang bersebrangan, hal ini termemori sampai sekarang, Penulis tidak menyukai Partai ini, padahal partai ini adalah partai pengusung presiden sekarang ini.
Kedua, penulis pernah di juluki anak ajaib sama Alm. Bapak penulis karena di saat umur penulis menginjak 5 tahunan, motor  alm. bapak, pada waktu itu Suzuki FR75 mesin masih 2tak susah di hidupkan, penulis menyarankan mengganti busi tapi Alm. bapak tidak mengindahkan alasannya di cek masih ada percikan apinya, penulis tetep memaksa suruh ganti businya, akhirnya alm. bapak penulis mengalah beli busi baru dan di hidupkan mesin motor bisa nyala. Tidak itu saja penulis sering sudah memeperlihatkan bakat di bidang mesin kendaraan dari SD, bisa naik motor kelas 4 SD perlu kita ketahui pada jaman itu yang punya kendaraan bisa di hitung dan pada kelas 6 SD sudah bisa men-stater mobil, memang secara sembunyi-sembunyi mobil dinas Toyota Hartop, penulis bisa lancar menyopir mobil kelas 1 SMA. Waktu SMA penulis mengutak-utik motor di bikin eksperimen bahkan pernah mempreteli motor sampai sekecil-kecilnya karena penasaran dan banyak yang tidak bisa kembalikan sendiri terus di bawa ke bengkel sampai kena marah Alm. bapak penulis...hahaha.

Memang penulis punya bakat di mesin dari kakek atau ayah Alm. ayahanda yang waktu itu kerja montir di pabrik yang di kuasai Belanda, juga dari silsilah Ibu, om penulis juga bakat di mesin kerja di mesin-mesin pabrik, Saking senengnya sama mesin kendaraan, penulis sampai pernah kursus montir di jalan Thamrin, Semarang, maka setelah lulus SMA penulis ingin melanjutkan kuliah di Fakultas Teknik Mesin dan ketika lulus penulis mendaftar di semua Fakultas mesin, mulai dari UNDIP, UGM, Politeknik Semarang dan ATMI Solo, baik S1 maupun D3 tapi tidak ada yang di terima, penulis pernah kuliah di Fakultas teknik mesin di Universitas Muhamadiyah Surakarta, tapi mengundurkan diri, kemudian penulis kuliah Teknik Perkapalan FNGT Undip Semarang, juga drop out karena memang penulis tidak bakat menggambar tehnik padahal di situ penjurusannya merancang bangun sebuah kapal, sehingga harus bisa merancang kapal dengan menggambarnya dulu seperti tehnik sipil yang merancang suatu bangunan dan tahun berikutnya malah kuliah di Fakultas Hukum Undip, semakin jauuuh dari harapan...hehehe.

Dari cerita penulis di atas tentang kesukaan penulis tentang mesin baik mesin motor maupun mobil dan bagaimana susahnya mau kuliah di Fakultas Tehnik Mesin kemudian ada orang yang mau bikin mobil sendiri, sebenarnya penulis senang ada lonjakan negara kita bisa mobil sendiri, tapi yang bikin kecewa kok melalui anak-anak ESEMKA, bukannya penulis merendahkan adik-adik ESEMKA, sampai dimana kemampuannya membikin mobil sendiri? yang mengherankan orang yang punya ide malah di elu-elukan setinggi langit, penulis cuma bilang dalam hati iki khayal dan muluk-muluk bahkan yang punya ide ini sampai bisa menjadi seorang presiden, makanya sampai sekarangpun penulis tidak demen meski di posting temen-temen memaparkan keberhasilan-keberhasilan di bawah kepemimpinannya.

Perlu digaris bawahi, penulis tidak punya maksud menjelek-jelekan beliau, karena beliau sampai menjadi seperti saat ini melalui perjuangan panjang dan berliku. Penulis menghargai apa-apa yang sudah beliau curahkan demi negara tercinta ini, meski kadang prilaku beliau neko-neko, ingat nasib negara tergantung pada dirinya, ya cuma itu meski temen-temen penulis banyak yang mengelu-ngelukan beliau, sampai memusuhi teman-teman yang mengkritik kebijakannya, yang bisa penulis katakan mereka itu kekanak-kanak-an padahal kita mengkritisi kebijaksanaan beliau bukan secara pribadi, mengenai harga-harga yang mahal, kenaikan BBM dan lain-lain, coba kita bandingkan dengan pemerintahan sebelumnya di bawah kepemimpinan pak Susilo Bambang Yudoyono alias pak SBY, ketika beliau menaikan harga BBM tidak seberapa tingginya, sudah di demo besar-besaran, pada bakar ban dan mengganggu kepentingan umum, tidak sampai di situ saja, para pengritik menyerang pribadi pak SBY bahkan menyamakan beliau dengan seekor kerbau....Astagfirullah hal azim......makanya dari itu penulis tidak mengelu-ngelukan dan memuji-muji setinggi langit  atau membenci yang menjadi presiden yang sekarang,  penulis biasa-biasa saja nggak berlebihan.


++++++++++++   *** +++++++++++

Senin, 17 September 2018

Aku kangen jaman Pak Harto.....

Penulis lahir tahun 1970-an, ketika lahir dengar cerita dari ibunda tercinta, kondisi Indonesia pada saat penulis lahir sudah membaik setelah pak Harto menjadi presiden, kita tahu Indonesia mengalami masa kegaduhan pada tahun 1965 dengan adanya Gerakan 30 September 1965 atau yang lebih kita kenal G30S PKI.  dari tahun 1965Alm. bapak penulis sempat nganggur beberapa tahun karena tempat kerja beliau sebelumnya di Bank Bapindo, dikuasai oleh PKI, hal ini dikarenakan pejabat-pejabat tingginya di bank tempat ayahanda bekerja bergabung dalam PKI dan Alm. Bapak tidak menyukainya kemudian mengundurkan diri kemudian kembali ke rumah kakek di desa Polanharjo, Klaten dan sementara membantu kakek bertani.

Setelah penulis lahir, alm. bapak diterima kerja di Pabrik Karung Goni Delanggu, Klaten dan mulai saat itu perekonomian keluarga menjadi membaik, mungkin penulis lahir di kondisi sedang berkembang di bawah kepemimpinan pak Harto sehingga penulis merasa hidup jaman itu benar-benar aman, tentram dan sejahtera.
Di dunia pendidikan, penulis merasakan hidup itu seperti berjalan di jalan yang lurus, mulai SD, SMP, SMA sampai kuliah, penulis merasakan selama menempuh pendidikan merasa enjoy. Di bidang perekonomian pun kita merasakan bagaimana perekonomian mengeliat begitu pesatnya, karena pembagunan ada landasannya yaitu Repelita dan GBHN. Dulu orang itu semua ada aturannya atau pakemnya tidak seperti jaman sekarang apa-apa bebas dan semrawut ora karu-karuan bin sak karepe dhewe, mungkin yang ini yang disebut reformasi yang melenceng dari tujuannya.

Dulu negara kita sangat di hormati dunia bahkan menguasai di tingkat ASEAN, sekarang jangankan dengan Malaysia atau Thailand, dengan negara Vietnam saja negara kita sekarang mungkin sudah ketinggalan. Dulu jaman pak Harto meski pembangunan dimana-mana, akan tetapi tidak lupa dasar negara kita negara agraris dimana tetap memajukan pertanian, perikanan, peternakan dan perkebunan. Penulis dulu hampir kuliah di Fakultas Pertanian di Yogya, dimana pada waktu itu banyak orang asing yang belajar pertanian di Yogya, kita lihat sekarang, mata pencaharian jadi petani banyak dijauhi oleh generasi sekarang, generasi sekarang pinginnya yang instans, kerja yang ringan dan di kantoran. Kemana lulusan fakultas pertanian? banyak yang milih jadi sales daripada turun ke sawah. Mereka nggak pada ingat, kita tiap hari makan nasi, sudah pada lupa jaman pak Harto dengan Klompencapirnya, dunia pertanian masih diperhatikan. kalau sekarang pertanian jeblok bagaimana? ya impor beras, kalau nggak ada uang bagaimana ? ya utang lah....gitu aja kok repot...hahaha

Di bidang pembangunan, penulis merasakan bagaimana pesatnya pembangunan waktu itu, dulu di desa tempat nenek penulis tinggal, jalan seperti kali mati, penerangan rumah masih menggunakan petromaks, kemana-mana  pada malam hari masih pakai obor, kalau naik motor pada malam hari, sinar lampunya seterang sinar matahari, karena sinar satu-satunya, televisi sekampung hanya punya satu, itu saja masih hitam putih dan masih pakai Aki sumber dayanya, jadi kalo Aki hampir habis stroomnya gambar tinggal separoh, tapi semenjak kepemimpinan pak Harto pembangunan dimana-mana, jalan sudah di aspal semua, listrik sudah masuk desa, makanya pak Harto di beri gelar BAPAK PEMBANGUNAN NASIONAL.

Dibidang Olah raga, Indonesia dulu selalu unggul dari negara-negara ASEAN, dunia pertahanan dan keamanan, Indonesia di segani di dunia Internasional, di dunia teknologi, Indonesia mampu membikin pesawat sendiri, di dunia perekonomian, masih ingat dengan pengumuman menteri penerangan Bapak Harmoko, harga cabe kriting, kol tampa daun dan sebagainya, jaman pak harto harga-harga terkendali dan untuk kebutuhan pokok masih sangat terjangkau, bandingkan dengan sekarang, cabe, telur, beras dan sebagainya kadang melonjak tidak terkendali.

Menurut ceramah pak Ustad, manusia mahkluk yang tidak sempurna dan tempatnya salah, begitu juga dengan pak Harto, andai saja waktu beliau mempunyai niat mengundurkan diri dengan tegas beliau laksanakannya mungkin jasa-jasa beliau selama 30-an tahun membangun negara kita tidak akan di lupakan begitu saja, kadang penulis jengkel dengan anak-anak ingusan yang menjelek-jelekan Alm. pak Harto, kalau di pikir dia bisa hidup seperti saat ini karena jasa pak Harto, bahkan presiden yang sekarang ini dulu jaman pak Harto menikmati masa kuliah, coba kalau negara kita tidak di pimpin pak Harto, mungkin malah nggak bisa jadi presiden seperti saat ini.....

Dulu penulis juga ikut-ikutan mendukung beliau untuk turun menjadi presiden, pada waktu itu penulis melihat orang di sekeliling beliaulah yang membikin kondisi negara menjadi memburuk, akan tetapi setelah sekian tahu tidak dibawah ke pemimpinan beliau, penulis kangen akan jaman kepemimpinan pak Harto dan penulis bisa katakan " Masih Enak Jamanmu pak"........................................


++++++++++++  ****  +++++++++++

Minggu, 16 September 2018

Temen karibku cuma mau pamit......

Foto kenangan waktu SD thn 1983 di SDN1 Delanggu, Klaten
Kejadian seperti penulis di pamiti temen yang selama hidup akrab dengan penulis, kejadian pertama, pada waktu SD di SDN1 Delanggu, Klaten penulis mempunyai teman sangat akrab, nama yang penulis ingat bernama Mindriatmoko dan panggilannya Kokok, hampir tiap hari ketemu main mulai dari pagi dia selalu panggil-panggil untuk berangkat ke sekolah bareng, kalau sore kita biasa sepedaan, main layang-layang, main bola dan  sebagainya, yang jelas kemana-mana kita selalu bersama.

Sampai menginjak SMP, kita masih satu sekolahan yaitu SMPN 1 Delanggu bahkan satu kelas. Hingga perjalanan waktu  penulis berpisah dengannya pada waktu kelas 2 mengikuti ortu pindah ke Semarang tahun 1984, sebelum berpisah penulis masih ingat mendapat pesan dari Kokok  jangan lupa sama dia kalau sukses di tempat yang baru.

Beberapa tahun kemudian setelah penulis sudah menyesuaikan dengan situasi di Semarang yang sangat berlainan dengan situasi di Delanggu, pada tahun sekitar tahun 1991-1992 penulis menginjak masa kuliah, ada perasaan aneh, penulis selalu memimpikan waktu masa kecil dan selintas wajah-wajah teman ketika masih kecil, disitu ada wajah Kokok yang tertawa-tawa seperti kita dulu, maka penulis kangen sekali suasana kecil dulu pingin mengunjungi tempat-tempat masa kecil dulu di Delanggu, kebetulan letak rumah nenek penulis dekat sekali dengan Delanggu, yaitu Polanharjo, Klaten. 

Tibalah penulis memenuhi hasrat melepas kangen di Delanggu, penulis mengunjungi Sekolahan SD tempat sekolah dulu, SMP, bekas rumah dinas dan sebagainya, tak lupa pingin ketemu soib karib dulu waktu kecil, moga-moga di rumah khan ini hari minggu, pikiran penulis masih ingat nggak ya? mosok baru beberapa tahun sudah lupa, wajahnya seperti apa sekarang, penulis jadi penasaran, di depan rumahnya selokan depan rumah masih seperti dulu yang airnya deras tempat kita main air dan kapal-kapalan, ayun-ayunan, dan sebagainya, tapi kok sepi sekali, jangan-jangan pada pergi. akhirnya penulis mengetok pintu rumah, yang membukakan penulis masih ingat sekali, ini adik bungsu kokok yang dulu ngikut kemana kita main namanya Agung, Penulis basa-basi tanya masih ingat nggak sama penulis, dia jawab lupa, mungkin masih kecil waktu itu kemudian penulis tanya kakaknya, dia menatap ke penulis, dia tanya ke penulis apa belum dengar kabar? Mas Kokok sudah meninggal 8 bulan yang lalu......bagai di sambar petir di siang bolong, penulis kaget sekali, memang selama ini komunikasi belum semaju sekarang jadi kabar seperti ini sangat susah di sampaikan apalagi sudah lama tidak ketemu, penulis tanya kenapa, katanya kecelakaan waktu boncengan sama temen sekolah juga penulis kenal ikut meninggal dalam kecelakaan tersebut jadi ingat dulu masa kecil kokok sering manas-manasi penulis kebut-kebutan pada waktu itu penulis naik motor Yamaha Super Delux tahun 1982 atau Yamaha robot....😢😢😢

Kejadian kedua, penulis mempunyai temen satu kelas di SMAN2 Semarang,  bernama Ahmad Sartono, orangnya ceria, penuh humor dan obyek penderita kalau gasak-gasakan sesama teman, karena rambutnya kribo maka temen-temen manggilnya Sulak. Setelah lulus dia melanjutkan usaha ortunya jualan peralatan kerja seperti paku, skrup, cat dan lain sebagainya di pusat PKL Barito, Semarang. Setelah lulus pada waktu masa nganggur, luntang-lantung, penulis sering main ke situ, ngobrol-ngobrol, kadang minta bantuan perbaiki motor atau mobil. seiring berjalannya waktu penulis sudah sibuk-sibuknya dengan pekerjaan, sudah jarang main atau mampir ketempatnya meskipun sering lewat depan tokonya, bahkan sering lihat dia masih main sama anaknya di depan tokonya.

Sepanjang tahun 2013, setiap penulis lewat depan rumahnya toko yang setahu penulis semenjak di tinggal ke dua orang tuanya memang mengalami kemunduran yang sangat cepat, barang-barang sudah hampir habis mungkin tidak bisa mengelola manajemennya, semenjak menikah punya anak seperti tidak serius mengurusi tokonya lagi, saat ini tambah sepi lagi dan penulis merasa kasihan sekali, dulu pernah penulis minta bantuan ngecat mobil yang terserempet, penulis kasih uang dia sangat tegas tidak mau menerima padahal penulis tahu dia butuh uang, akhirnya penulis kasih ke istrinya. Beberapa hari waktu itu,  penulis selalu terbayang wajahnya juga rasa bersalah penulis ketika menikah kelupaan tidak mengundangnya 3 tahun yang lalu padahal banyak temen-temen SMA penulis undang, akhirnya penulis memutuskan main ke sana sambil memperkenalkan istri penulis, yang dulu waktu jomblo penulis sering curhat kepadanya.

Tiba di depan tokonya, ketemu istrinya kelihatan kaget banget kedatangan penulis, penulis tanya apakah suaminya ada, jawabnya mas Sartono SUDAH pergi, penulis belum ngeh, penulis tanya lagi, kemana? jawabnya sambil nangis terisak-isak, Mas Sartono sudah meninggal 4 bulan yang lalu, saya mau ngabari njenengan dan teman-teman lain almarhum tidak tahu nomernya, Mas Sartono sakit tidak dirasakan, dikira cuma sakit perut biasa ternyata sakit lever parah, almarhum cuma seminggu di RS terus meninggal, bahkan tetangga-tetangga sini malah banyak yang belum bezuk selama dia sakit. Innalillahi wa Inaillahi Rojiuun.........Penulis mendengarkan ceritanya seperti patung karena kaget dan tidak percaya, orang yang murah tawa, ceria dan penuh humor pergi begitu cepatnya meninggalkan kita untuk selama-lamanya, akhirnya penulis pulang dengan membesarkan hati istrinya untuk tabah, karena sudah suratan hidup, karena hidup dan mati sudah di atur olehNya.

Begitulah penulis 2 kali di pamiti temen yang akrab selama masih hidup, tanpa kata-kata langsung, karena tidak mungkin orang sudah di alam akherat tidak bisa berkomunikasi lagi di alam fana ini, seperti penulis mengutip isi wejangan singkat di pemakaman kakek istri sebelum doa kepada arwah almarhum dan meninggalkan makam........hari ini kamu mendahului mati, besok mungkin saya atau yang hadir di sini akan juga mati karena semua orang pasti akan mati dan menghadapmu untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya selama masih hidup.


++++++++++  *****  +++++++++++

Sabtu, 15 September 2018

Mengenang masa KKN UNDIP tahun 1995 di Suradadi, Tegal

Kegiatan perkuliahaan yang sangat penulis kenang dan mempunyai banyak kenangan manis adalah masa Kuliah Kerja Nyata (KKN), dimana penulis di tempatkan desa Bojongsana, Kecamatan Suradadi, Tegal. Kenapa sangat berkesan karena berbagai kejadian yang cuma diberi waktu 2 bulan di lokasi KKN, suka dan duka kita jalani bersama, bersama teman satu lokasi yang sebelumnya belum saling kenal karena berbeda fakultas saling bahu-membahu mengisi hari-hari dengan kegiatan membaur dengan masyarakat yang baru kita kenal juga. 

Beda dengan mahasiswa-mahasiswa sekarang, KKN kok di kampung penulis, padahal Kelurahan dimana penulis tinggal pernah menyabet Kelurahan terbaik di Indonesia, terus apa manfaat KKN bagi mereka dan penduduk sekitar ya ? atau sekarang KKN cuma sebagai kegiatan formalitas untuk menjadi Sarjana, bukan seperti jaman penulis kuliah, kegiatan KKN benar-benar menempa mahasiswa sebelum masuk ke dunia nyata setelah lulus kuliah.

Penulis bersama 8 orang, terdiri 3 cewek dan 6 cowok mahasiswa berlainan fakultas, sehingga total ada 9 mahasiswa menempati rumah pak Lurah desa Bojongsana, kec. Suradadi, Tegal. Di sinilah penulis merasakan sesuatu yang tidak pernah penulis rasakan dibawah arahan pak Lurah yang baik hati, kita merencanakan kegiatan, makan bersama satu meja, diskusi dan saling berbagi cerita dari berbagai perbedaan, suka dan duka kita lalui bersama  menjadi sesuatu yang tidak akan  akan terulang lagi. 



 Karena kekompakan kitalah baik tingkat desa maupun tingkat kecamatan, tim kita mendapat apresiasi yang baik dari masyarakat  dan kita sangat di hormati penduduk sekitarnya, kegiatan-kegiatan  kita lalui, mulai dari ikut pengajian, penyuluhan-penyuluhan, ikut memeriahkan pesta kemerdekaan RI, memang kegiatan KKN kita bertepatan dengan peringatan hari kemerdekaan kita, mulai dari lomba-lomba, pawai pentas seni, upacara bendera, juga pembangunan sarana fisik misalnya membangun WC umum karena penduduk sekitar masih buang air besar di pantai-pantai sehingga membuat pantai jorok atau pengaspalan jalan kampung dan sebagainya.

Pepatah mengatakan ada perjumpaan pasti ada perpisahaan, disaat kita sudah sangat dekat sekali baik dengan sesama teman maupun masyarakat sekitar, waktulah yang memisahkan kita, penulis mempunyai ide supaya kita terkenang dengan kegiatan KKN di desa ini mengadakan pentas seni perpisahan. Mulailah dibentuk panitia, kita bentuk panita perpisahaan, ada yang bagian pendanaan dimana mencari sumbangan atau sponsor dari perusahaan-perusahaan sekitarnya. Penulis kebagian tugas bagian acara, mulai dari mengundang salah satu group band Semarang sebagai bintang tamu yang baru naik daun pada waktu itu, bernama Big Jum, kebetulan salah satu personel teman akrab penulis juga KKN satu wilayah, di Kecamatan Suradadi, Tegal akan tetapi berlainan desa.

Karena penulis juga mengisi acara, maka penulis juga harus latihan di Semarang berhubung group sudah terbentuk dan sudah pada paham lagunya tinggal berangkat ke Tegal, penulis membawa alat-alat musik sendiri dari Semarang bahkan penulis yang kemudikan sendiri pick up yang mengangkutnya, di sekitar daerah Kendal, pick up penulis di hentikan polisi, setelah tahu isinya alat musik buat KKN Undip, polisi baik hati mempersilahkan melanjutkan perjalanan. sesampai di Tegal, penulis juga ikut bantu-bantu pasang alat musik. Pada malam harinya tibalah pentas perpisahaan di selenggarakan mulai dari sambutan-sambutan, ucapan terima kasih dari aparat pemerintah setempat kepada peserta KKN, sambutan wakil dari peserta KKN, dilanjutkan dibuka group musik setempat, kemudian dari peserta KKN yang di wakili group penulis dan di tutup bintang tamu, yaitu Big Jum.  Setelah acara selesai tepat tengah malam, penulis juga ikut mencopoti panggung mengkoordinir pengembalian semua peralatan, karena besok harus sudah kembali ke semarang. Di situlah penulis bener-bener tidak akan melupakan apa yang telah penulis kerjakan bersama teman-teman dan masyarakat sekitar. Sampai pada hari dimana pelepasan semua peserta KKN, masyarakat sekitar seakan-akan masih belum mau berpisah bahkan bu lurah dan salah satu anaknya yang sangat akrab dengan kita  menangis tersedu-sedu saat melepas kita pulang ke daerah masing-masing. 

Setelah masa KKN selesai penulis ngebut membuat skripsi guna cepet lulus untuk segera menyelesaikan masa kuliah, akan tetapi beberapa bulan setelah perpisahan KKN, penulis masih kangen dan masih main ke desa tempat KKN beserta teman-teman mengunjungi lokasi KKN dulu kadang bermalam di sana dan tuan rumah masih menerima dengan tangan terbuka. Bersama berjalannya waktu sudah pada mempunyai acara sendiri-sendiri, kita sudah tidak pernah mengunjungi lagi, hanya kalau kebetulan penulis ada perjalanan melewati daerah sekitar situ, baik naik kereta, bis atau mobil pribadi dan meskipun kondisi malam gelap gulita penulis masih menyempatkan melonggok atau melihat lokasi KKN dulu,  penulis masih mengenang betapa indahnya masa-masa waktu itu.
   

Mungkin suatu saat ada yang membaca tulisan ini dan menjadi peserta KKN seangkatan penulis atau warga desa Bojongsana, kecamatan Suradadi Tegal maka penulis bilang :

  "I miss you all".......😍😍😍😍😍

++++++++++++  💙  ++++++++++++